Stimulasi yang tepat sesuai tumbuh kembang anak/balita juga bisa menentukan
pertumbuhan dan perkembangan mental anak kelak di kemudian hari. Walaupun
masing-masing anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda antara
satu anak dengan anak yang lain.
Untuk bisa memberikan stimulasi yang terbaik, orang tua harus peka terhadap
potensi yang dimiliki anak dan berbagai stimulasi yang dibutuhkan. Kerja sama
antara kedua orang tua juga sangat penting. Proses pengasuhan anak memang
merupakan proses yang akan menyita banyak waktu, perhatian dan juga energi ayah
dan ibunya. Di sinilah diperlukan kerjasama antara orang tua. Orang tua bisa
saling bergantian bermain, menidurkan atau membacakan cerita.
Berikut ini macam tumbuh kembang dan
stimulasi yang harus dilakukan untuk anak dengan usia 31-36 bulan:
Anak mulai bisa naik sepeda roda tiga.
Stimulasinya:
- Pilihkan
sepeda yang sesuai dengan usia anak, agar anak aman mengendarainya.
- Beri
anak kesempatan sebanyak mungkin untuk melatih kemampuan barunya tersebut.
Anak mulai bisa memutar tutup wadah atau handle pintu.
Stimulasinya:
- Simpan
cemilan makanan sehat anak didalam toples yang tutupnya bisa diputar agar
ia bisa melatih ketrampilan barunya.
Anak mulai bisa menunggu giliran dalam bermain:
Stimulasinya:
- Beri
kesempatan sebanyak mungkin pada anak untuk bermain bersama teman-teman
sebayanya.
- Orang
tua hendaknya memberikan contoh yang baik, misalnya dengan sabar menunggu
giliran membayar di kasir untuk membayar belanjaan.
Anak mulai bisa menyebutkan nama, usia, dan jenis
kelaminnya.
Stimulasinya:
- Libatkan
anak dalam permainan yang mengharuskannya menyebutkan nama, usia dan jenis
kelaminnya, misalnya bermain sekolah-sekolahan.
- Beri
kesempatan sebanyak-banyaknya kepada anak untuk berkenalan dengan
orang-orang baru, sehingga paling tidak ia akan menyebutkan namanya.
Anak mulai bisa menyelesaikan puzzle yang terdiri dari
3-4 keping.
Stimulasinya:
- Siapkan
puzzle dengan gambar-gambar yang menarik buat anak, sehingga ia
bersemangat menyelesaikannya.
- Orang
tua hendaknya peka pada kemampuannya. Kalau puzzle tersebut sudah sangat
mudah diselesaikannya, ganti dengan puzzle yang lebih sulit, misalnya yang
terdiri dari 5-10 keping. Dengan demikian anak tidak menjadi bosan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar