Selasa, 26 Juni 2012

Cerai, Apa Yang Harus Dilakukan?

http://indahkeluargaku.blogspot.com/2012/06/cerai-apa-yang-harus-dilakukan.html



Cerai atau perceraian terkadang tidak bisa dihindarkan dalam membina rumah tangga. Dalam suatu perceraian, tidak diragukan lagi bahwa anak yang akan menjadi korban. Efek ini akan semakin besar apabila anak yang dimiliki berusia antara 5-10 tahun. Seringkali anak balita akan memiliki pemahaman yang salah dan mereka cenderung mempunyai pola pikir sendiri yang cenderung menyalahkan mereka, sebagai contoh misalnya kemarin sikecil nakal dan ternyata hari ini kedua orangtuanya berpisah, anak akan cenderung mengandaikan jika kemarin mereka tidak nakal, tentu hari ini kedua orangtuanya tidak akan berpisah.

Untuk menghindari terjadinya kesalahan pola pikir anak tentang perceraian, ada baiknya orang tua yang akan berpisah melakukan:

  • Memberikan pemahaman.
Berikan pemahaman yang jelas penyebab perceraian, yaitu misalnya sudah tidak ada kecocokan sehingga harus berpisah. Namun juga perlu dijelaskan bahwa kasih sayang kedua orang tua tidak akan berkurang, meskipun telah berpisah.

  • Jadi role model.
Orang tua memang merupakan role model bagi anak, sehingga apapun yang mereka lakukan akan ditiru. Jangan sampai anak beranggapan bahwa perceraian adalah sesuatu hal yang biasa.

  • Penyebab.
Berikan penjelasan bahwa penyebab perceraian adalah murni karena kesalahan kedua orangtuanya dan bukan karena kesalahan anak.

  • Atur waktu.
Berikan pengertian kepada anak dengan cara komunikasi dalam keadaan santai atau saat senggang, misalnya saat menonton televisi bersama atau saat menjelang tidur. Komunikasikan bahwa untuk saat sekarang, anak akan tinggal dengan ibu/bapak dan bapak/ibu akan tinggal ditempat lain, sehingga antar jemput akan sekolah atau bimbingan hanya akan dilakukan oleh ibu/bapak saja atau sebaliknya. Katakan juga bahwa pada waktu-waktu tertentu anak masih bisa bertemu dengan ibu/bapak-nya, misalnya saat hari libur atau liburan.

  • Hak asuh.
Tanyakan dengan baik-baik kepada anak, bahwa dia ingin ikut dengan siapa. Hal ini menjadi penting untuk kenyamanan anak.

  • Jaga sikap.
Tetap bersikap baik kepada suami/istri dihadapan anak, dengan demikian anak tidak merasakan adanya suatu permasalahan dalam keluarganya.

  • Kerja sama.
Bekerja sama secara penuh untuk kebaikan anak, misalnya ketika akan mengikuti kegiatan yang letaknya sangat jauh, sehingga diperlukan kehadiran bapaknya, orang tua hendaknya bisa mengatur kerjasama dengan baik.

  • Rutinitas.
Tetap lakukan rutinitas yang biasa dilakukan dalam keluarga, misalnya kalau biasanya sarapan pagi bersama kedua orangtuanya, kali ini hanya dilakukan oleh salah seorang orangtuanya. Walaupun mungkin kurang lengkap, namun rutinitas tetap terjaga.

Selain hal-hal penting di atas, hendaknya orang tua yang akan berpisah tidak melakukan atau menghindari beberapa hal berikut:

  • Tidak stabil.
Menampilkan ketidakstabilan dalam hal apapun, misalnya salah satu orang tua cenderung kasar atau tiba-tiba menangis.

  • Emosi.
Menampilkan keguncangan emosi yang berlebihan dihadapan anak, misalnya dengan menangis histeris atau pingsan.

  • Hasut.
Menghasut anak agar membenci salah satu orangtuanya, misalnya dengan menjelek-jelekkan ibu/bapaknya.

  • Jadi beban.
Jangan mengatakan bahwa dengan perceraian menyebabkan anak menjadi beban bagi orangtuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar