Cerai atau perceraian terkadang tidak bisa dihindarkan dalam membina rumah
tangga. Dalam suatu perceraian, tidak diragukan lagi bahwa anak yang akan
menjadi korban. Efek ini akan semakin besar apabila anak yang dimiliki berusia
antara 5-10 tahun. Seringkali anak balita akan memiliki pemahaman yang salah
dan mereka cenderung mempunyai pola pikir sendiri yang cenderung menyalahkan
mereka, sebagai contoh misalnya kemarin sikecil nakal dan ternyata hari ini kedua
orangtuanya berpisah, anak akan cenderung mengandaikan jika kemarin mereka
tidak nakal, tentu hari ini kedua orangtuanya tidak akan berpisah.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan pola pikir anak tentang perceraian,
ada baiknya orang tua yang akan berpisah melakukan:
- Memberikan
pemahaman.
Berikan pemahaman yang jelas penyebab perceraian, yaitu misalnya sudah
tidak ada kecocokan sehingga harus berpisah. Namun juga perlu dijelaskan bahwa
kasih sayang kedua orang tua tidak akan berkurang, meskipun telah berpisah.
- Jadi
role model.
Orang tua memang merupakan role model bagi anak, sehingga apapun yang
mereka lakukan akan ditiru. Jangan sampai anak beranggapan bahwa perceraian
adalah sesuatu hal yang biasa.
- Penyebab.
Berikan penjelasan bahwa penyebab perceraian adalah murni karena kesalahan
kedua orangtuanya dan bukan karena kesalahan anak.
- Atur
waktu.
Berikan pengertian kepada anak dengan cara komunikasi dalam keadaan santai
atau saat senggang, misalnya saat menonton televisi bersama atau saat menjelang
tidur. Komunikasikan bahwa untuk saat sekarang, anak akan tinggal dengan
ibu/bapak dan bapak/ibu akan tinggal ditempat lain, sehingga antar jemput akan
sekolah atau bimbingan hanya akan dilakukan oleh ibu/bapak saja atau
sebaliknya. Katakan juga bahwa pada waktu-waktu tertentu anak masih bisa
bertemu dengan ibu/bapak-nya, misalnya saat hari libur atau liburan.
- Hak
asuh.
Tanyakan dengan baik-baik kepada anak, bahwa dia ingin ikut dengan siapa.
Hal ini menjadi penting untuk kenyamanan anak.
- Jaga
sikap.
Tetap bersikap baik kepada suami/istri dihadapan anak, dengan demikian anak
tidak merasakan adanya suatu permasalahan dalam keluarganya.
- Kerja
sama.
Bekerja sama secara penuh untuk kebaikan anak, misalnya ketika akan
mengikuti kegiatan yang letaknya sangat jauh, sehingga diperlukan kehadiran
bapaknya, orang tua hendaknya bisa mengatur kerjasama dengan baik.
- Rutinitas.
Tetap lakukan rutinitas yang biasa dilakukan dalam keluarga, misalnya kalau
biasanya sarapan pagi bersama kedua orangtuanya, kali ini hanya dilakukan oleh
salah seorang orangtuanya. Walaupun mungkin kurang lengkap, namun rutinitas
tetap terjaga.
Selain hal-hal penting di atas, hendaknya orang tua yang akan berpisah
tidak melakukan atau menghindari beberapa hal berikut:
- Tidak
stabil.
Menampilkan ketidakstabilan dalam hal apapun, misalnya salah satu orang tua
cenderung kasar atau tiba-tiba menangis.
- Emosi.
Menampilkan keguncangan emosi yang berlebihan dihadapan anak, misalnya
dengan menangis histeris atau pingsan.
- Hasut.
Menghasut anak agar membenci salah satu orangtuanya, misalnya dengan
menjelek-jelekkan ibu/bapaknya.
- Jadi
beban.
Jangan mengatakan bahwa dengan perceraian menyebabkan anak menjadi beban
bagi orangtuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar